100 Hari Anies-Sandi: OK OCE, antara Janji dan Kenyataan...
Program OK OCE atau kewirausahaan menjadi salah satu janji kampanye Gubernur-Wakil Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan-Sandiaga Uno.
Janji mengembangkan kewirausahaan ini bahkan sudah ada sebelum Anies digandeng mendampingi Sandiaga.
Janji ini awalnya dikenal karena gimmick-nya. Tak jarang juga Sandiaga diledek atas gestur OK OCE ini.
Namun, di balik gimmick dan meme OK OCE yang beredar, relawan-relawan Anies-Sandi yang merupakan pengusaha kecil bergerilya menggandeng pedagang kecil lainnya membuat komunitas dan berbagai acara. Ada OK OCE Melawai 16, OK OCE Academy, OK OCE Masjid, hingga OK OCE Smart.
Berbeda dengan ucapan Sandiaga yang dulu menyatakan OK OCE tak akan menggunakan APBD, dalam perumusan APBD ternyata OK OCE dianggarkan dalam APBD sebesar Rp 82 miliar.
Anggaran itu untuk menyiapkan tempat pelatihan di 44 kecamatan di Jakarta dan untuk biaya pelatih.
Pendamping OK OCE di setiap kecamatan yang jumlahnya empat orang per kecamatan digaji sesuai UMP Rp 3,6 juta dan bisa membawa pulang per bulan Rp 9 juta jika ditambah biaya operasional.
Menjelang pelantikan, OK OCE disorot lantaran gerakan yang dianggarkan itu diketuai kakak Sandiaga, Indra Uno. Indra langsung dicopot setelah Anies-Sandi resmi dilantik.
Janji dimodali
Seusai pelantikan, gerakan ini dipertanyakan lantaran saat kampanye ada spanduk berbunyi, "Ayo bergerak ambil kesempatan. Dimodalin punya bisnis! Disediain tempat usaha! Dicariin Pembeli! Coblos nomor 3."
Terkait klaim ini, Sandiaga mengklarifikasinya dengan mengatakan bahwa Pemprov DKI hanya akan membantu memfasilitasi pengajuan permodalan ke bank dan lembaga lain.
"Dikasih modal tentunya dalam bentuk difasilitasi dengan Bank DKI dan lembaga keuangan lainnya, jadi kami pastikan yang OK OCE itu mendapatkan permodalan," kata Sandiaga, Desember 2017.
Sandiaga tak mau mengulangi kesalahan pemerintah sebelumnya yang tak membantu para pelaku usaha memperoleh kemudahan memperoleh modal usaha.
"Kesalahan Pemprov DKI dulu sampai macet Rp 400 miliar lebih adalah tidak menyalurkan karena Pemprov tidak memiliki kemampuan menilai mana yang bisa diberikan pendanaan, mana yang tidak," ujarnya.
Anggota DPRD kritik OKE OCE
Tak sampai di situ, OK OCE kembali disorot ketika anggota Komisi B DPRD DKI, Nur Afni Sajim, mengkritik gerakan OK OCE sebagai pelatihan yang berisi "cuap-cuap" semata.
"Saya bingung, ini aneh, ini pelatihan paling aneh yang pernah saya datangi. (OK OCE) ini pelatihan cuap-cuap, Pak. Saya kontrol betul di Jakarta Barat," kata Afni saat rapat di DPRD pada 9 Januari 2018.
Selain itu, politikus Partai Demokrat itu juga menilai, bunga yang ditetapkan untuk pinjaman modal peserta OK OCE terlalu tinggi.
Bank DKI memasang bunga 13 persen untuk pinjaman modal, lebih tinggi dibandingkan dengan bunga pinjaman modal yang ditetapkan bank lain.
Sandiaga tak membatah "cuap-cuap" yang dikritik Afni. Kata dia, setiap pelatihan pasti selalu disampaikan dengan berbicara. Begitu juga dengan program OK OCE. Pelatih harus bercuap-cuap untuk memberikan contoh dan motivasi.
"Kalau program cuap-cuap, ya, pelatihan itu memang seperti itu," ujar Sandiaga.
Sandiaga meminta semua pihak menghargai kata-kata, seperti yang selalu disampaikan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Sebab, semua pekerjaan selalu berawal dari kata-kata.
Manfaat
Meski menuai berbagai kritikan, fakta di lapangan menunjukkan banyak dari warga DKI yang terbantu gerakan ini. Saban hari, terutama pada akhir pekan, banyak warga datang membawa barang jualan mereka ingin mendaftar agar bisa mendapat konseling gratis. Mereka pulang dengan ide usaha dan langkah mengembangkannya.
Esti Ginting, misalnya, manager di perusahaan ekspedisi yang kemudian memutuskan berhenti bekerja lalu fokus menjadi ibu rumah tangga sambil menjalankan usaha.
Esti sebelumnya hanya mengeluarkan modal Rp 50.000 dan kemudian menjual sosis solo yang dikreasikannya.
Setelah mendapat pengetahuan dari pelatihan OKE OCE, bisnis Esti bertambah dan mulai naik menjadi bisnis boks makanan.
"Modal saya 0 karena sistemnya pesan dulu, transfer, baru dibuatkan. Omzet awal Rp 4 juta, terakhir di Desember 2017 omzet saya sudah sampai Rp 13 juta, target saya di Januari ini Rp 15 juta," ujar Esti saat diwawancara pada 12 Januari 2018.
Ada juga Dahlia Alwi yang mengaku terbantu dengan mengikuti program pelatihan OKE OCE yang dimentori Faransyah Jaya, Ketua OKE OCE. Dahlia mendapat ilmu pengembangan usaha serta jaringan pertemanan sesama pengusaha dan orang yang baru memulai usaha untuk saling tukar pengalaman.
Berkat jaringan yang dimilikinya, dengan modal awal Rp 250.000, kini Dahlia sudah bisa meraup keuntungan yang cukup besar. Setiap bulan, omzet Dahlia Rp 50 juta sampai Rp 60 juta.
"Sekarang punya 30 reseller, karyawan 5, omzet sebulan Rp 50 juta sampai Rp 60 juta," kata Dahlia.
Ada lagi Dwi Firmansyah yang mendapat jaringan lebih luas serta pengetahuan terkait pengelolaan bisnis dan keuangan yang lebih baik.
"Dari sisi jualan, saya mendapatkan jaringan lebih banyak, otomatis teman saya banyak dan omzet meningkat, rupiahnya enggak bisa saya sebutkan, yang pasti peningkatannya 10 sampai 25 persen," kata Dwi.
Program OK OCE ini ditargetkan akan menciptakan 200.000 wirausaha baru selama Anies-Sandi menjabat lima tahun ke depan. Jadi, manfaatkanlah program ini, masyarakat Jakarta....
source: kompas
Post a Comment